SEMINAR PEMBUKAAN SEMARAK TAFSIR 2022

 


Semarak Tafsir 2022 merupakan kegiatan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (HMPS IAT) yang bertujuan sebagai wadah mahasiswa IAT menyalurkan bakatnya. Pada hari Senin, 17 Oktober 2022, HMPS IAT menyelenggarakan pembukaan semarak tafsir 2022 yang dibarengi dengan seminar untuk  membedah tema semarak tafsir kali ini yakni, “Urgensi Tafsir di Era Artifisial Intelegence.” Dalam acara tersebut, HMPS IAT mengundang Faishol Amin, S. Ag (korwil FKMTHI DIY JATENG 2017-2019) sebagai pemateri yang dimoderatori oleh saudara Akhmad Rosyi Izzulhaq (mahasiswa IAT UIN SATU semester 5).

Acara pembukaan Semarak Tafsir 2022 dimulai pada pukul 09.30 WIB yang berlokasi di gedung Saifuddin Zuhri lantai 6. Untuk seminar sendiri dimulai pada pukul 10.00 WIB sampai pukul 11.30 WIB. Disini Faishol mengupas bagaimana peran tafsir di era teknologi yang berkembang pesat, terutama setelah munculnya kecerdasan buatan. Diawal pemaparan materi, Faishol menerangkan maksud dari urgensi dan Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan buatan. Adanya AI menggantikan sebagian besar peran manusia, memberikan profesi baru, dan sebagai partner dalam aktivitas manusia. Diantara faktor yang dapat dilakukan oleh AI yakni acting humanly, thinking humanly, think rational, dan act rationally. Untuk tafsir dijelaskan menggunakan metode tahlili  dan metode ijmali. Tafsir dapat bersinggungan dengan ilmu lainnya/indisipliner seperti suatu folder yang dapat dimasuki apapun. Contoh AI diantaranya deep face, e-commerce, asisten virtual google, dan autopilot mobil tesla. Dari contoh tersebut, tafsir memiliki peran dalam searching engine (mesin pencari).

Selanjutnya agar peserta seminar mengerti bagaimana peran tafsir dalam AI, Faishol menjelaskan terlebih dahulu pengertian tafsir Al-Qur’an. “Tafsir Al-Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an dari segi makna, indikator atas kehendak Allah dengan kadar kemampuan manusia,” tutur Faishol. Tafsir sendiri menjelaskan kehendak Allah dalam Al-Qur’an, namun sering terjadi kesalahan bahwa tafsir dimaksudkan sebagai kehendak manusia. Dari pemaparan diatas, urgensi seorang penafsir di era artificial intelegence yaitu belajar tafsir untuk melanjutkan sunnah atau tradisi para salaf, memperbaiki kesalahan tafsir di masyarakat, meneladani para salaf dalam menafsirkan Al-Qur’an yang sangat berhati-hati. Dalam penafsiran, Al-Qur’an dimaknai secara sempurna. Al-Qur’an berisi penjelasan mengenai akidah, kaidah syariat, dan perilaku yang hendaknya dilakukan umat Islam dalam menghadapi era AI tersebut. Selain itu, tafsir Al-Qur’an tidak berhenti pada suatu masa, tempat, dan generasi; membahas interdisiplin ilmu demgan multi kultural; dan adanya petunjuk tafsir Islam dapat diterima secara relevan dengan sosiokultural.

Salah satu kaitannya tafsir dengan AI yakni tafsir sebagai search engine atau mesin pencari yang otomatis, operasionalnya mudah, dan cepat mengidentifikasi kajian tafsir yang dicari. Di akhir seminar, Faishol memberikan pesan pada mahasiswa tafsir untuk tetap menghidupkan masa lalu (seperti tetap mengkaji kitab tafsir klasik) atau istilah lainnya merawat tradisi untuk memijak masa depan. Menurutnya, masa depan adalah tantangan maka dari itu hari ini belajar, masa lalu sebagai inspirasi. “lestarikan bahasa Arab, kuasai bahasa asing,” pesan dari Faishol yang mengesankan.

Oleh: Al Amin Sherina
Penyunting: Luthfi Mar'atul M

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diklat Dan Raker Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Periode 2023-2024

"TERWUJUDNYA HERMENEUTIKA, SEBAGAI PENAFSIRAN YANG MEMBERI PANDANGAN LEBIH BESAR"

HERMENEUTIKA (Sejarah, Aliran- Aliran, dan Tokoh-tokoh Hermeneutika)