MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA
Pernyataan sejarah di atas menegskan bahwa pemuda memiliki peran yang besar dalam sejarah kebangkitan bangsanya, bahkan dikatakan bahwa maju atau mundurnya sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas pemudanya. Mereka adalah pondasi yang menopang bangsanya, sebab generasi muda hari ini adalah pemegang peran utama di masa depan. Seperti dikisahkan dalam perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW bahwa orang-orang yang merespon baik seruan Nabi datang dari golongan pemuda, seperti halnya Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As-Shidiq, Umar bin Khatab dan masih banyak lagi yang masuk islam di kisaran usia 12 hingga 15 tahun.
Selain hal tersebut Al-Qur’an juga memberikan motivasi yang besar terhadap upaya pembangunan kualitas pemuda. Salah satunya dengan mengisahkan tentang Ashhabul Kahfi yakni sekelompok anak muda yang memiliki integritas moral yang tinggi. Hal ini terdapat dalam Q.S al-Kahfi:13 yang kurang lebih artinya: “Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Terkait dengan peningkatan kualitas pemuda, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah benar-benar ,kagum terhadap seorang yang tidak memiliki shabwah.” Pada hadist tersebut kata Shabwah dimaknai dengan pemuda yang tidak mengikuti hawa nafsunya. Pemuda tersebut membiasakan diri dengan melakukan berbagi kebaikan dan selalu berusah menjauhi keburukan. Oleh karena itu sebagai generasi muda saat ini hendaknya kita mengisi masa muda dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat seperti menambah wawasan keilmuan, mengasah kemampuan, menaikan kualitas diri, dan selalu berusaha menjadikan diri kita bermanfaat bagi lingkungan sekitar maupun masyarakat luas. Agar slogan pemuda sebagai Agent of Change tidak hanya menjadi tulisan yang ditempel dimana mana, akan tetapi bisa terealisasikan dengan baik oleh pemuda bangsa yang berdedikasi dan berkualitas. Hal ini terkait dengan sabda Nabi: “pergunakan lima sebelum datang lima: masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu ebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa kosongmu sebelum masa sibukmu dan masa hidupmu sebelum masa kematianmu”.
Oleh: Febriana Kartikasari
Penyunting: Luthfi Mar'atul
Komentar