Valentine’s Day Dalam Perspektif Islam
Oleh: Luthfi Mar’atul M
Editor: Khamim Jazuli Ahmad
Valentine’s Day atau juga bisa
disebut Hari Kasih Sayang yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 14 Februari
oleh sebagian orang. Pasalnya di hari itu dijadikan untuk menunjukkan rasa
sayang dan cinta mereka kepada seseorang yang istimewa baginya. Mulai dari memberikan kado, bunga, coklat, dan sebagainya.
Tak jarang umat muslim pun turut andil dalam momen tersebut. Sebenarnya
bagaimana sejarah valentine itu ada? Apakah dalam islam dibenarkan untuk ikut
serta memperingati Valentine’s day?
Budaya merayakan hari valentine berakar dari budaya barat, dari
beberapa sumber ada yang mengatakan bahwa hari valentine itu bermula dari
tradisi agama tertentu. Namun ada juga yang mengatakan tidak ada kaitannya dengan agama
apapun. Mengenai sejarah Valentine’s day itu ada banyak versi yang
beredar, salah satu kisah yang terkenal yaitu sebagaimana dilansir dalam buku Pustaka Ilmu Sunni
Salafiyah KTB : Tanya Jawab Islam (2015:1154), Valentine’s Day bermula dari
hukuman mati seorang martir kristen yang bernama St. Valentine tepat pada
tanggal 14 Februari 270 M. Ia dihukum mati dikarenakan menolak kebijakan kaisar
Constantin Agung yang berkuasa pada tahun 280-337 M perihal larangan untuk
mengadakan pertunangan maupun pernikahan kala itu. Dibawah masa kekuasaannya
tersebut, jadilah Valentine sebagai salah satu terdakwa penentang kebijakan
kaisar yang berakhir pada hukuman mati. Lalu, pada tahun 495 Masehi tepatnya,
Paus Gelasius I mengubah salah satu upacara Romawi Kuno menjadi hari perayaan gereja
dengan nama St. Valentine’s Day. Dikarenakan asal-muasalnya disebutkan berawal
dari perayaan gereja lalu seiring waktu menjadi perayaan tersebut menjadi
perayaaan umum maka dari sinilah maklum kiranya sering muncul kontroversi
terkait perayaan Valentine’s Day.
Terlepas dari kisah Valentine yang digunakan sebagai rujukan untuk
mengkhususkan satu hari tertentu untuk menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang.
Islam sendiri sebagai agama Rahmatanlil’alamiin tidak mengkhususkan hari
untuk menunjukkan kasih sayang. Apa alasannya? Karena islam menganjurkan umatnya untuk selalu menunjukkan cinta
dan kasih sayang-nya setiap hari bahkan setiap saat kepada orang-orang disekitarnya, tidak hanya
kepada yang orang yang ia sayangi ataupun dicintai saja. Pun pula, sekarang ini juga banyak kita
temui slogan yang mengatakan “Valentine itu bukan budaya kita.” Namun begitu, masih saja ada umat islam yang ikut serta dalam
perayaan Valentine’s day dengan dalih mengikuti trend tanpa mengetahui asal-muasal dari berkembangnya
kebudayaan asing yang tak sesuai dengan kebudayaan kita sebagai kaum muslimin.
Menurut Fatwa MUI Jatim Nomor: Kep.03/SKF.MUI/JTM/I/2017 tentang Hukum Merayakan Hari
Valentine Bagi Orang Islam. Hal tersebut
menganut pada empat hal:
1.
Karena perayaan hari valentine bukan termasuk dalan tradisi islam.
2.
Hari perayaan hari
valentine dinilai menjerumuskan generasi muda muslim pada pergaulan bebas.
3.
MUI berperan sebagai penutup segala hal yang berpotensi pada keburukan dalam
perayaan valentine.
4.
Tidak boleh ikut-ikutan dalam menyebarkan sesuatu yang
menimbulkan keburukan
Fatwa ini dibuat berdasarkan tuntunan Al-Qur’an, Hadits, dan
pendapat Ulama’.
Di dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah: 120 Allah SWT
berfirman:
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ
مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ
اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ
مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ
Artinya: “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu
(Muhammad) sebelum engkau
mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan
jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah
ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.”
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwasannya mereka
yakni Yahudi dan nasrani (non-muslim) tidak akan rela kepada nabi Muhammad kecuali
setelah mengikuti ajaran-ajaran yang mereka buat-buat. Kemudian Allah
mempertegas didalam ayat tersebut, Dia tidak akan memberikan perlindungan
ataupun pertolongan kepada orang yang mengikuti ajaran mereka setelah jelas
petunjuk yang haq yang datang dari-Nya.
Dan berdasarkan tuntunan hadits:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk bagian dari mereka” (HR.Abu
Dawud no.3512 dari ibnu Umar RA dan dishahihkan oleh Al-albani dalam Ash-Shahihah).
Dilansir dari channel YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya mengatakan
bahwa kita tidaklah perlu ikut-ikutan dalam merayakan valentine karena kasih sayang
yang diajarkan Rosulullah adalah kasih sayang yang sesungguhnya. Valentine’s
day itu juga bukan budaya kita, itu budaya di luar islam. Kisah Valentine
pun bukan merupakan kisah orang sholeh, tapi kisah yang mengagungkan syi’ar ajaran yang tidak termasuk
dalam ajaran kita, dan itu adalah sebuah
kebathilan. Valentine juga sangat bertentangan dengan akidah islam dan hukum
mengikuti perayaan valentine jelaslah haram karena valentine ini merupakan
peringatan untuk seorang yang tidak pernah sujud kepada Allah. Selain itu, dalam perayaan Valentine juga terdapat unsur tabdziir
dibuktikan dengan adanya pesta perayaan yang tidak ada faedahnya. Dan orang-orang
mubadzir disebutkan didalam Al-Qur’an sebagai saudara syaithan. Na’udzubillah
min dzaalik.
Kita
sebagai umat islam boleh saja merayakan hari kasih sayang, namun bukankah lebih
baik jika kita menebarkan kasih sayang setiap saat tanpa terikat waktu? Jadi, sampai
disini apakah kita sebagai mahasiswa yang dikenal sebagai generasi muda umat
islam masih tergiur dengan perayaan Valentine’s day?
Wallahua’lam bi shawab.
Komentar