FORMAD "Isra' Intelektual Mi'raj Spiritual"
Peristiwa isra’ mi’raj yang diperingati setiap tahun di Indonesia pada tahun 2021 terjadi di tanggal 11 Maret. Oleh karena itu tema FORMAD kali ini memuat isra’ mi’raj agar mahasiswa IAT dapat berdiskusi mengenai peringatan peristiwa besar yang pernah terjadi pada tanggal 27 Rajab berabad-abad tahun lalu.
“Penjelasan isra’ mi’raj dalam al-Qur’an terbilang singkat, hanya ada beberapa ayat saja di dalam al-Qur’an, namun ketika dikaji penjabarannya akan sangat luas. Isra’ mi’raj dapat diartikan sebagai perjalanan seorang hamba (Nabi Muhammad saw.) yang dilakukan pada malam hari. Dipilih pada malam hari karena waktu malam merupakan waktu bumi dilipat. Perjalan ini dianggap sebagai perjalanan spiritual, juga dipandang sebagai peristiwa yang bersifat monastik, wahdatul wujud. Sebagaimana pendapat Mulla Sadra dalam Magnum Opusnya.” Kata Aris Thofira atau yang sering disebut Kang Aris ketika memantik mahasiswa berdiskusi.
Diskusi berjalan, beberapa argumen, pertanyaan dan tanggapan muncul mengenai dimensi Nabi ketika isra’ mi’raj, berapa kali Nabi isra’ mi’raj karena adanya pendapat ulama yang berbeda-beda, bagaimana menyikapi pemikiran yang sifatnya di luar nalar manusia, dan persoalan lainnya.
“Semuanya dikembalikan pada letak keimanan seorang hamba. Kita merasionalkannya dengan cara memperluas pengetahuan dengan membaca sirah mengenai Nabi. Peran akal bisa direkontruksikan dengan tujuan untuk menghadirkan keimanan kepada diri”, imbuh Kang Aris setelah menanggapi beberapa pertanyaan.
Tambahan dari Mukhlis Hasyim salah satu peserta FORMAD, “Terkait berapa kali Nabi melakukan isra’ mi’raj itu ada yang mengatakan dihitung dari naiknya Nabi ke Allah ketika perintah sholat sehingga menyebabkan pendapat yang berbeda dari ulama.”
Di akhir acara Kang Aris mengingatkan, “Mau menganggap peristiwa ini sebagai sesuatu yang faktual bahkan mitos itu terserah pribadi masing-masing. Namun bagi yang mengatakan ini suatu kebohongan, peristiwa ini sudah tertulis jelas pada al-Qur’an surah al-Isra’ dan an-Najm”
Semakin tinggi intelektual rasionalitas seorang hamba dalam bidang keilmuan jangan sampai ia menutup diri dengan aspek-aspek spiritualitasnya kepada Allah swt.
Komentar