Tafsir Opini?

 


Pemahaman seorang dalam sebuah permasalahan sering kali menjadi patokan bahwasanya orang itu paham betul tentang sebuah hal. Bahkan bisa jadi itu hanya sebuah opini dan tanpa mengetahui dasar-dasarnya. Sebuah pertanyaan muncul dalam kalangan terpelajar, Apakah Al-Qur’an bebas untuk ditafsiri? Dan bolehkan setiap orang menafsirkan Al-Qur’an?

Belakangan ini banyak yang mengaku mereka ahli dalam Al-Qur’an, ahli Tafsir, dan dengan percaya diri membawa ayat-ayat Al-Qur’an dalam mimbar dakwah dan kepentingan politik hanya dengan modal Al-Qur’an terjemah. Bahkan terkadang apa yang disampaikan melenceng dari apa yang dikehendaki dalam Al-Qur’an. Menjadi seorang mufasir tidak lah begitu mudah, banyak syarat yang harus dipenuhi dalam menafsirkan Al-Qur’an. Jika syarat yang telah disepakati para ulama dalam bidang tafsir tersebut tidak terpenuhi maka dianggap sah dan jangan PD dalam menafsirkan Al-Qur’an.

من قال القرأن بغير علم فليتبؤمقعده من النار

“Barangsiapa yang berbicara mengenai Al-Qur’an tanpa didasari sebuah ilmu maka disiapkan tempat duduknya dineraka.” HR. At-Tirmidzi No. 2950

Ada sebuah riwayat yang mengatakan Ali bin Abi Thalub bertemu dengan seorang laki-laki yang mengajarkan tafsir Al-Qur’an. Kemudian Sayyidina Ali bertanya kepadanya, “Apakah kamu sudah paham apa itu Naskh dan Mansukh?” kemudian laki-laki itu menjawabnya tidak, seketika Sayyidina Ali berkata, “Sungguh engkau telah tersesat menyesatkan orang lain.” Dalam riwayat tersebut secara jelas dikatakan bahwasanya seseorang yang dengan semena-mena menafsirkan Al-Qur’an dengan apa yang diketahui tanpa adanya sebuah dasar ilmu penafsiran akan menyebabkan sebuah kesesatan yang akan menjerumuskannya kedalam neraka.

Dalam menafsirkan Al-Qur’an yang menyandang gelar “Suci” memerlukan sebuah syarat dan ketentuan khusus bagi siapapun yang ingin menafsirkannya. Hal tersebut menjadi sebuah kekhususan dalam sebuah penafsiran jika seseorang yang melakukan penafsiran tanpa didasari ilmu yang menopangnya akan menjadi sebuah kesalahan yang fatal dan merusak citra kesucian Al-Qur’an. Para mufasir kerap kali berhati-hati dalam menafsirkan dan menjelaskan maksud dari Al-Qur’an, karena mereka meyakini bahwa Al-Qur’an merupakan sebuah pedoman dan sumber utama umat islam dalam menentukan seorang selamat atau tidaknya.


Imam As-Suyuti, dalam kitab Al-Itqan fi Ulumi Al-Qur’an mengklasifikasi beberapa ilmu yang harus dikuasai seseorang sebelum menafsirkan Al-Quran, antara lain, Ilmu Lughat (bahasa), Nahwu, Sharaf, Ilmu Isytiqaq, Balaghah, Qira’at, Ushuluddin, Ushul Fiqh, Asbab an-Nuzul, Nasikh Mansukh, Hadits, Mabhamah, serta Sains dan teknologi. Klasifikasi tersebut menjadi sebuah syarat yang harus dipenuhi seseorang sebelum memulai menafsirkan Al-Qur’an.

Syekh Manna’ al-Qaththan, dalam kitabnya yang berjudul Mabahith fi Ulum Al-Qur’an memberikan klasifikasi khusus kepada seorang mufasir yang mengatakan bahwasanya seorang mufasir harus bebas dan terhindar dari hawa nafsu dan kepentingan serta ego saat menafsirkan Al-Qur’an. Selain itu, alangkah baiknya seorang mufasir mengetahui pokok-pokok ilmu yang berhubungan dengan A-Qur’an serta memiliki kecerdasan berpikir. Seorang mufasir pemula yang hendak menafsirkan sebuah ayat hendaknya menafsirkan A-Qur’an dengan Al-Qur’an terlebih dulu, kemudian mencari hadits sebagai sumber penafsiran dan pendapat tabi’in untuk menguatkan pendapat tersebut, serta dapat memahami Bahasa Arab dengan segala cabang keilmuannya.

Jika klasifikasi diatas telah terpenuhi, maka kita layak menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan pemikiran kita sendiri dan berhak menyandang mufasir. Jika tidak, maka sebaiknya kita ittiba’ (mengikuti) pendapat ulama tafsir yang ada. Alangkah baiknya, kita harus berhati-hati dengan Al-Qur’an karena Al-Qur’an selain memberikan syafa’at, Al-Qur’an juga dapat melaknat kita kelak dihadapan Allah.

Oleh : M. Anwar Asyrofi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diklat Dan Raker Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Periode 2023-2024

"TERWUJUDNYA HERMENEUTIKA, SEBAGAI PENAFSIRAN YANG MEMBERI PANDANGAN LEBIH BESAR"

HERMENEUTIKA (Sejarah, Aliran- Aliran, dan Tokoh-tokoh Hermeneutika)