Malam Dalam Kalimat Harf dan Mashdar
Keagungan Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan. Langit dengan bumi, laki-laki dengan perempuan, siang dengan malam dan lain sebagainya. Segala yang diciptakan-Nya mengandung makna tersirat. Pembahasan tentang kekuasaan Tuhan tiada habisnya, bahkan tiada ujungnya. Sama halnya dengan pembahasan antara malam dan siang, yang silih berganti tanpa peduli hujan petir menyelimuti.
Terlepas jauh dari pemikiran-pemikiran modern, penulis ingin mengungkap secuplik nama panggilannya sebagai bahan kajian dalam tulisan ini. Malam merupakan terjemah dari kata “lail” dalam bahasa arab. Kata tersebut sering ditemui dalam lafadz-lafadz Al-Qur’an, tetapi penulis ingin terfokus pada salah satu surat dalam Al Qur’an juz 30 yaitu surat Al-Lail. Surat Al Lail berada di urutan ke-92 dari 114 surat yang terdapat dalam Al Quran.
Surat Al Lail terdiri dari 21 ayat, 71 kata dan 316 huruf. Berdasarkan dengan urutan pewahyuan adalah surat ke-9 yang diturunkan di Makkah (surat Makkiyah). Surat Al Lail dari sisi isi termasuk surah Al Ausath Al Mufasshalat dan surat ke-19 yang dimulai dengan kalimat sumpah. Surat ini dinamai Al Lail karena Allah SWT bersumpah pada awal surat atas malam (lail) sehingga dinamakan surat Al Lail.
Dalam kajian sintaksis dan morfologi, pasti sering mendengar istilah kalimat huruf dan mashdar. Biasanya dalam tafsir-tafsir hanya menjelaskan kandungan ayat dalam suatu surat tersebut, ilmu nahwu dan sharf hanya digunakan sebagai pendukung penafsiran. Berkaitan dengan surat Al Lail dalam ilmu nahwu dan sharf, maka dikerucutkan lagi pada satu tema yaitu surat Al Lail dalam kalimat Harf dan mashdar.
Sebelum menuju ke pembahasan kalimat Harf dan Masdar, perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu kalimat, Harf, dan Masdar. Dalam ilmu nahwu kalimat bukanlah susunan kata, melainkan suatu kata dalam bahasa arab. Sedangkan harf itu berbeda dengan huruf, jika harf dalam ilmu nahwu merupakan semua jenis kalimat (kata) yang selain isim dan fiil, sedangkan huruf artinya sama dengan huruf dalam bahasa indonesia. Masdar adalah kata dasar dari suatu fiil yang tidak ada kaitan dengan pelaku dan waktu tertentu.
Pada awal surat Al Lail terdapat kalimat Harf yaitu wau. Wau tersebut termasuk wau harf qosam (huruf sumpah) yang memberi pengaruh pada kalimat setelahnya yaitu kalimat اليلِ yang merupakan majrur dari wau tersebut dan wajib dibaca jer (kasroh). Pada ayat 2 diulangi lagi kalimat sumpah dengan tanda harf wau diawal ayat. Berlanjut pula pada ayat 3 yang juga diawali dengan harf qasam (sumpah) dengan ditandai harf wau diawal ayat dan menjadikan kalimat setelahnya dibaca kasroh.
Masih dalam pe mbahasan yang sama, pada ayat 3 ini juga terdapat ما mashdariyah, yaitu ما yang berfungsi layaknya an mashdariyah dalam mashdar muawwal. Serta wau athof yang menghubungkan kalimat sebelumnya dengan setelahnya, yaitu الذكر و الأنثى.
Selanjutnya pada ayat 5 terdapat kalimat harf yaitu fa’ istisna, yaitu fa’ yang jumlah setelahnya tidak mempunyai kaitan dengan jumlah sebelumnya (tidak memiliki keterkaitan makna baik makna sebab atau makna lainnya) dan biasanya terdapat pada permulaan kalam atau berpindah suatu bahasan ke-pembahasan lainnya. Dan أمَّا adalah harf syarat dan tafshil. Harf pada wau athof yang menghubungkan أعطى واتقى ayat selanjutnya juga terdapat harf wau athof dan kegunaannya sama, yaitu menghubungkan dengan kalimat sebelumnya.
Pada ayat 7, diawali dengan fa’ robithoh sebagi jawabus syarti. Dan sin berkedudukan sebagai taswifi yang berfungsi untuk mengubah fiil mudhori’ dari berarti hal menjadi istiqbal. Ayat selanjutnya diawali dengan wau athof, dan kegunaannya sama seperti tiga ayat sebelumnya. Pada ayat 11 dimulai dengan wau athof dan mim nafiyah (mim yang bermakna nafi atau meniadakan) dan mim yang kedua dalam ayat ini berfungsi sebagai istifham (pertanyaan). Pada ayat 12 terdapat harf musyabbah yaitu إن. Wau pada ayat selanjutnya merupakan wau athof. Dan wau setelahnya juga merupakan wau athof. Tidak berhenti pada wau saja, fa’ yang mengawali ayat 13 juga berkedudukan sebagai fa’ athof.
Ayat selanjutnya diawali dengan lam nafi yang bermakna meniadakan. Serta ila setelahnya merupakan ila adat hasyr. Pada ayat 16 terdapat harf wau athof yang memulai ayat, lalu harf sin istiqbali yang mengandung makna akan datang. Sayat selanjutnya juga diawali dengan harf wau athof dan mim setelahnya disebut ma nafiyah, li sebelum kalimat احد merupakan li harf jer. Selanjutnya terdapat ila adat istisna’ (pengecualian). Yang terakhir juga diawali dengan wau athof dengan lam jawab setelahnya. Sedangkan saufa merupakan harf taswifi yang fungsinya sama dengan sin tafswifi.
Dalam penjelasan di atas penulis menggunakan kata ‘kalimat’ yang sebenarnya maknanya dalam bahasa Indonesia adalah ‘kata’. Jadi, perlu pemahaman terlebih dahulu tentang ilmu nahwu dan sharf sebelum mengungkap ayat dalam Al Quran menurut pandangan sintaksis dan morfologi. Penjelasannya juga banyak yang menggunakan kata asing, kata-kata tersebut diadopsi dari bahasa arab yang secara langsung menjadi istilah baru dalam melengkapi khazanah keilmuan Timur Tengah.
Penjelasan di atas menjelaskan tentang kalimat harf dan masdar dalam surat Al Lail. Dimana kalimat harf dalam surat Al Lail terdapat kurang lebih 45 kalimat dengan 1 kalimat masdar. Jika dijelaskan dari segi nahwu, maka akan sangat panjang pembahasan ini. maka dari itu pembahasan ini hanya mengungkap seputar kalimat harf saja dan kajian morfologi hanya dalam lingkup masdar. Jika mampu menelisik lebih dalam tentang ‘Lail’ (malam) dalam Al Quran pasti akan menemukan banyak ilmu yang tersebunyi dibalik kata tersebut.
Sebenarnya banyak pertanyaan mengapa Al Quran menyebut malam terlebih dahulu, sementara siang diakhirkan. Padahal dalam tradisi bukanlah ‘malam-siang’ melainkan ‘siang-malam’. Pembahasan ini hanya sebatas mengungkap kalimat harf dan masdar dalam surat Al Lail, untuk permasalahan yang saat ini masih belum terpecahkan, mungkin ditulisan selanjutnya penulis akan melengkapi dan menjawab atas petanyaan yang secara tidak sengaja mengusik pembaca.
Komentar